• Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Emas168
  • Keberhasilan Asian Games 2018: Momentum Indonesia Harum Menuju Indonesia Maju

    ByRully mufarika

    Keberhasilan Asian Games 2018: Momentum Indonesia Harum Menuju Indonesia Maju

    Momentum Memaknai Gelora Bung Karno
    Maju tidaknya sebuah bangsa tidak hanya ditentukan oleh realitas sosial yang terlihat pada bangsa tersebut, melainkan pula ditentukan oleh eksistensi dan kondisi objek vital yang disematkan sebagai simbol dari bangsa tersebut. Karakteristik masyarakat Perancis yang anggun dapat dilihat dari eksistensi Menara Eiffel yang senantiasa bersolek cantik. Digdayanya kekuatan Amerika Serikat tampak jelas dari agungnya Patung Liberty. Kuatnya dominasi perekonomian dan militer Tiongkok terilhami oleh Tembok Besar yang masih berdiri kokoh saat ini. Jika semangat kolektif bangsa tidak jarang disimbolkan dengan sebuah bangunan, bagaimana dengan Indonesia?
    Lima puluh enam tahun yang lalu, sebuah nama disematkan pada kompleks arena olahraga yang menjadi roh semangat bangsa Indonesia dalam berprestasi pada kancah internasional. Gelora Bung Karno, nama kompleks yang dimaksud, tidak hanya difungsikan sebagai ‘Gelanggang Olahraga’ semata. Lebih dari itu, nama Gelora Bung Karno juga dimaknai sebagai bentuk antusiasme dan semangat yang kuat ala Bung Karno. Semangat Bung Karno yang memiliki banyak arti (nasionalisme, persatuan, harga diri bangsa, dan lain-lain) terlambangkan dalam kemegahan Gelora Bung Karno yang hingga kini menjadi gelanggang pertarungan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Hal tersebut dapat disimak dalam setiap pertandingan sepakbola tim nasional Indonesia yang dihelat di Gelora Bung Karno. Hampir seluruh pertandingan tersebut senantiasa menyuguhkan pemandangan menggetarkan hati di mana puluhan ribu penonton yang memiliki latar belakang sosial berbeda merelakan diri datang, mengantri, dan berteriak mendukung anggota tim nasional yang sedang bertanding di lapangan. Dengan membayangkan suasananya saja sudah bangga, terlebih bagi penulis yang hanya melihatnya melalui layar kaca.
    Peristiwa bersejarah kembali terukir pada tahun ini. Gelora Bung Karno turut menjadi salah satu pelaku utama dalam perjamuan Asian Games 2018 yang dilaksanakan di dua kota besar di Indonesia. Bagaimana tidak, tempat tersebut menjadi arena upacara pembukaan Asian Games 2018 yang sebelumnya diperkirakan akan disaksikan oleh miliaran penonton dari seluruh penjuru dunia. Penunjukkan Gelora Bung Karno sebagai tempat upacara pembukaan Asian Games 2018 memiliki korelasi positif dengan filosofi yang dibawa oleh Asian Games 2018 itu sendiri. Asian Games 2018 merupakan panggung pertunjukkan sekaligus gelanggang pertarungan bangsa Indonesia untuk memperlihatkan keindahannya, menebarkan keharumannya, serta mendengungkan kegagahannya, baik di dalam lapangan maupun di luar lapangan. Jika Bung Karno menekankan pada kekuatan di dalam lapangan sebagai wajah bangsa, Presiden Jokowi menekankan pada kekuatan di dalam lapangan sekaligus keramahan di luar lapangan sebagai karakter bangsa. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa karakter bangsa sudah sejalan dengan harapan dan semangat yang diusung dalam Asian Games 2018, yakni memajukan prestasi Indonesia, mengharumkan namanya, dan menjadikannya energi untuk Asia.
    Momentum Menantang Nalar Pesimisme
    Sebuah bangsa dianggap berhasil mengharumkan namanya ketika mereka mampu menanggulangi ‘bau-bau yang tidak sedap’ yang muncul di sekitar mereka, baik yang berbentuk rasa pesimisme hingga yang berbentuk polemik fisik. Analogi tersebut cocok melihat kondisi Indonesia saat ini pascapenyelenggaraan Asian Games dengan berbagai apresiasi yang diutarakan dari masyarakat luar negeri meskipun sebelumnya banyak diliputi permasalahan prapenyelenggaraan.
    Berkaca pada sejarah, polemik yang mengemuka di Indonesia pra-Asian Games 2018 tidak jauh miripnya dengan kondisi pra-Asian Games 1962. Pro dan kontra mewarnai terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah di kedua ajang internasional tersebut. Pada perhelatan Asian Games 1962, status Indonesia yang masih seumur jagung dan munculnya perpecahan di internal bangsa memancing kesangsian masyarakat, baik dalam maupun luar negeri, terkait kesiapan Indonesia menyediakan sarana penyelenggaraan. Namun, rasa pesimisme langsung lenyap setelah Indonesia berhasil menyelenggarakan acara secara sukses yang diikuti 17 negara dan menduduki peringkat kedua dengan perolehan 51 medali (11 emas, 12 perak, 28 perunggu). Keberhasilan tersebut menjadi salah satu faktor pemerintah Indonesia kala itu (di samping dinamika politik internasional) untuk menyelenggarakan GANEFO I dan menjadikan Indonesia sebagai negara penyelenggara event olahraga internasional pertama di Asia Tenggara.
    Pro dan kontra turut terlihat dalam prapenyelenggaraan Asian Games 2018. Polemik mulai mengemuka setelah Vietnam yang sebelumnya dipilih menjadi tuan rumah menyatakan mundur. Alasannya negara tersebut tidak siap menanggung beban ekonomi yang sangat besar dalam pelaksanaan event tersebut. Kritik pun banyak dilontarkan terhadap pemerintah Indonesia terkait kesiapan ekonominya menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Terlebih, pemerintah seolah kian tersudut akibat polarisasi politik yang menguat dan persoalan keamanan yang belum tuntas di Indonesia. Namun, pemerintah berani menantang nalar pesimisme tersebut dengan menggelontorkan dana Rp 8,4 triliun untuk pembiayaan Asian Games, Rp 2,1 triliun untuk pembinaan atlet, serta Rp 13,7 triliun untuk investasi sektor konstruksi di Jakarta dan Palembang selaku kota tempat pelaksanaan. Selain itu, pemerintah menjanjikan bonus hingga Rp 1,5 miliar rupiah kepada setiap atlet yang mendapatkan medali. Presiden Joko Widodo pun yakin target 16 emas terpenuhi meskipun banyak pihak pesimis Indonesia mampu meraih emas sebanyak itu. Beberapa saat sebelum keberlangsungan acara, Indonesia ditimpa cobaan dengan munculnya gempa berskala besar yang mengguncang Lombok dan sekitarnya yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa serta hilangnya harta benda. Meskipun banyak tantangan dan pesimisme yang menghadang, bangsa Indonesia tetap siap melaksanakan perhelatan akbar ini. Tantangan terkait persiapan yang cukup singkat (3,5 tahun) tidak sedikitpun mengurangi semangat negeri ini bersolek menyambut kedatangan para tamu se-Asia.
    Hasil tidak akan mengkhianati proses. Tingkat keberhasilan sebuah pencapaian ditentukan tingkat usaha yang dilakukan untuk mendapatkan pencapaian itu sendiri. Dengan didukung secara langsung oleh 13.000 sukarelawan serta dukungan moral dari seluruh elemen bangsa, Indonesia sukses melayani 17.000 atlet beserta ofisial, 7000 wartawan, serta 150.000 suporter dari 45 negara. Dari 40 cabang olahraga yang dipertandingkan, Indonesia berhasil memperoleh 98 medali, terdiri dari 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu. Indonesia berhasil menduduki peringkat ke-4 dari 45 negara sekaligus menduduki peringkat pertama di antara negara-negara ASEAN. Jumlah medali tersebut merupakan jumlah medali terbanyak yang didapatkan Indonesia selama keikutsertaannya di Asian Games dan perolehan emasnya melonjak hampir dua kali lipat dari target yang ditetapkan yang mana sebelumnya banyak disangsikan. Dalam penutupan Asian Games 2018, Syekh Ahmad Al Fahad selaku presiden Olympic Council of Asia (OCA) menyatakan bahwa Asian Games 2018 merupakan kesuksesan yang bersejarah bagi Indonesia. Syekh Ahmad turut mengapresiasi pemerintah dan masyarakat yang dianggapnya memberikan kompetisi sekaligus afeksi yang bernilai positif bagi para tamu dari negara lain. Apresiasi dan prestasi yang didapat merupakan bukti bahwa bangsa ini berhasil mengharumkan namanya serta berhasil mematahkan rasa pesimisme yang sebelumnya menghadang.
    Momentum Melompat ke Depan
    Penyelenggaraan Asian Games 2018 di Indonesia memiliki catatan-catatan indah untuk dijadikan momentum bersama melompat ke depan. Salah satu momentum tersebut terjadi pada saat atlet pencak silat berhasil memenangi laga final dan memperoleh emas. Atlet tersebut bergerak menuju Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PB IPSI, Prabowo Subianto, dan memeluk mereka secara bersamaan. Pelukan tersebut menimbulkan pesan tersendiri mengingat kedua politisi yang dipeluk menjadi tokoh sentral masyarakat Indonesia yang saat ini terpolarisasi secara politik. Pelukan tersebut menjadi simbol kesejukan di tengah panasnya suhu politik sekaligus simbol kebersamaan di tengah perpecahan bernuansa politis yang dialami masyarakat Indonesia. Pelukan tersebut juga merefleksikan kebutuhan bangsa Indonesia untuk melompati segala perbedaan menuju persatuan dan kemajuan bangsa mengingat bangsa ini tidak akan bisa bersatu selama masih mengedepankan perbedaan serta bangsa ini tidak akan bisa maju selama masih mengedepankan rasa keakuan.
    Bangsa Indonesia patut berbangga bahwa Asian Games 2018 turut menjadi batu loncatan bagi negara-negara lain yang memiliki masalah yang sama terkait perpecahan. Salah satu contohnya ialah sikap persatuan yang diperlihatkan kontingen Korea Utara dan Korea Selatan yang berada di bawah satu bendera yang sama. Indonesia berperan serta dalam upaya perdamaian kedua negara tersebut mengingat sikap persatuan tersebut baru pertama kali ditunjukkan pada Asian Games 2018. Dalam kasus lainnya diperlihatkan Palestina mengirimkan atletnya tanpa memandang latar belakang politiknya, baik dari Fatah maupun dari Hamas. Ketua Komite Olimpiade Palestina, Jibril Mahmoud, mengatakan bahwa Asian Games ini merupakan salah satu momentum penting untuk mempersatukan Palestina. Kedua contoh di atas menjadi bukti bahwa selalu ada momentum untuk mengatasi hal-hal yang menghambat kemajuan bangsa, salah satunya berasal dari olahraga.
    Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan pesta olahraga se-Asia patut dijadikan batu pijakan untuk melompat ke depan dan menggapai berbagai keberhasilan lainnya. Sama seperti apa yang dilakukan oleh Bung Karno dengan menginisiasi pesta olahraga internasional bagi negara-negara berkembang (GANEFO I) setahun pasca Asian Games 1962, pemerintah Indonesia saat ini memiliki rencana ke depan yang sangat prospektif. Dalam pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Syekh Ahmad dan Thomas Bach (Presiden Komite Olimpiade Internasional / IOC), presiden menyatakan secara optimis bahwa Indonesia menawarkan diri sebagai salah satu kandidat tuan rumah Olimpiade pada tahun 2032. Penawaran sebagai tuan rumah merupakan langkah konkrit pemerintah untuk melompat maju dan mengharumkan nama bangsa ini hingga level dunia. Dengan dukungan dari segenap elemen bangsa, maka harumnya Indonesia akan selalu terasa dan majunya Indonesia akan selalu tampak nyata.


    Sumber :

    Asian Games 2018, ‘Upacara Pembukaan Asian Games 2018’, , diakses 2 September 2018
    Huebner. Stefan, Pan-Asian Sports and the Emergence of Modern Asia, 1913-1974, NUS Press, Singapore, 2016
    Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, ‘Asian Games 2018 Sukses, Presiden Jokowi Sampaikan Apresiasi Kepada Semua Pihak Terkait’, 2 September 2018, , diakses 3 September 2018
    Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, ‘Defile Peserta Asian Games 2018: Korea Bersatu, 4 Kontestan Gunakan Nama China’, 18 Agustus 2018, , diakses 3 September 2018
    Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, ‘Menkeu Sampaikan Besaran Penggunaan APBN Untuk Asian Games 2018’, 3 September 2018, , diakses 3 September 2018
    Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, ‘Serahkan Bonus Asian Games 2018, Presiden Jokowi: Indonesia Bangga Atas Prestasi Saudara’, 2 September 2018, , diakses 3 September 2018
    Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, ‘Sukses Gelar Asian Games 2018, Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2032’, 1 September 2018, , diakses 3 September 2018
    Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, ‘Temui Presiden Jokowi, Ketua Komite Olimpiade Palestina Apresiasi Dukungan Publik Indonesia’, 21 Agustus 2018, , diakses 3 September 2018
    Humas Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, ‘Terima 2 Pemimpin Korea, Presiden Jokowi: Asian Games 2018 Jadi Momen Penting Perdamaian’, 19 Agustus 2018, , diakses 3 September 2018
    Pidato Sambutan Syekh Ahmad Al Fahad dalam Penutupan Asian Games 2018 di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, 2 September 2018
    Pour. Julius, Dari Gelora Bung Karno Ke Gelora Bung Karno, Grasindo, Jakarta, 2004
    Status instagram Presiden Joko Widodo 18 Agustus 2018, , diakses 2 September 2018

    About the author

    Rully mufarika administrator

    A traveller writer, reading and writing enthusiast. Currently study at University of Gadjah Mada. Bachelor of Faculty of Social and Political Sciences 2015. Good Reading, Good Writing, Good Living.

    Leave a Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO
  • PADANGTOTO